Pengesahan Perpu KEBIRI Bagi Peredator Pelecehan Seksual

Maraknya kasus pelecehan dan kekerasan seksual dibawah umur, membuat  pemerintah mengeluarkan Perppu nomor 1 Tahun 2016 yang mengatur tentang hukuman  kebiri kimiawi bagi predator pelecehan seksual anak dibawah umur. Hal  ini disebabkan banyaknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi pada anak dibawah umur yang dilakukan oleh oknum yang tak bertanggung jawab.  Karena kejahatan terhadap anak dibawah umur adalah kejahatan yang luar biasa yang harus ditinjak lanjuti. Soalnya mengancam dan membahayakan jiwa anak.

Oleh karena itu dalam Perppu diatur mengenai pidana pemberatan, pidana tambahan, dan tindakan lain bagi pelaku. Dalam Perppu tersebut mengantur tentang hukuman pidana pemberatan berupa ancaman penjara paling singkat selama 10 tahun dan paling lama 20 tahun. Selain, itu ancaman hukuman seumur hidup dan hukuman mati masuk ke pemberataan pidana. Sedangkan untuk penambahan pidana, dengan mengumumkan identitas pelaku  pelecehan seksual ke publik dan pemasangan alat deteksi. Hal ini, tentu saja tidak serta merta untuk membuat pelaku jera. 

Penegesahan Perppu Kebiri menimbulkan banyak interupsi dari anggota DPR. Yang akhirnya diambil keputusan persetujuan terhadap Perppu tersebut menjadi UU (Undang-Undang). Hal ini membuat kontroversi dari berbagai kalangan baik intansi pemerintah maupu masyarakat. Karena untuk melaksanakan Perppu Kebiri tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan. Namun, banyak hal yang harus dikaji dan saling koordinator dengan intansi yang berpengaruh dan memiliki andil untuk merealisasikan Perppu Kebiri. Sehingga, penerapannya dapat dilakukan secara maksimal di publik dan bukan menjadi sebuah Perppu yang hanya sebagai hiasan negara. 

Berdasarkan data dari kepolisian RI kasus pelecehan seksual semakin meningkat setiap tahunnya. Di daerah Sumatra Selatan seorang warga Desa Harapan Jaya Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Panukal Abab Lematang Illir berinisial NU (48 tahun) diduga melakukan kekerasan seksual terhadap 15 orang anak dibawah umur. Tersangka menjerat peraku dengan iming-iming sejumlah uang kepada korban. 
DPR mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1/2016 tentang Perubahan kedua atas UU nomor 22/2002 tentang Perlindungan Anak, pada Rabu (12/10).  Selain hukuman Kebiri juga diatur hukuman tambahan kurungan penjara, sanksi sosial, dan penanaman alat pelacak untuk para predator anak.

Menurut saya, bahwa penggesahan Perpu Kebiri sangatlah tepat untuk membuat efek jera ke para tersangka kasus pelecehan seksual. Namun, disamping itu kita juga harus memperhartikan latar belakang tersangka baik dalam konteks psikologis, lingkungan, dll. Karena hal tersebut merupakan salah satu sebab-akibat mengapa dia melakukan perbuatan tercela yang seharusnya dalam konteks agama tidak dibenarkan. Selain itu juga hukuman dari Perppu Kebiri meneggakan hukum tentang Perlindungan Anak di Indonesia yang sudah carut marut. Bukan hanya hukuman yang diberikan kepada pelaku, namun rehabilitas sosial harus diupayakan pihak pemerintah. Karena jika hukuman saja namun tidak ada rehabilitas sosial  hal itu sia-sia. 

Namun tradisi kebiri sangatlah tidak berperikemanusian karena dengan menerapkan hukuman kebiri kepada pelaku menghilang haknya sebagai lelaki. Munkin hal ini dianggap wajar bagi sebagian orang karena menlindungi perempuan dan anak-anka yang dibawah umur. Tapi disatu sisi penerapan hukuman kebiri memberikan dampak yang sangat besar salah satunya yaitu menurunnya gairah seksual terhadap pria.  

Menurut Nugroho Setiawan, dokter spesialis andrologi di Rumah Sakit Umum Pusat  Fatmawati, Jakarta Selatan. Kebiri kimia adalah penyuntikan zat anti-testosteron ke tubuh pria untuk menurunkan kadar hormon testosteron, yang sebagian besar diproduksi sel  lydig di dalam buah zakar. “testoron itu adalah hormon yang berperan dalam beragam fungsi seksual. Artinya horomon testoron berpengaruh pada gairah seksual seorang pria dan membantu penis seorang pria bisa ereksi, menurut keterangan dokter Nugroho.

Dampaknya sangat berpengaruh bagi seorang pria bukan hanya penurunan gairah seks namun mempengaruhi bagian tubuh yang lain. Seperti penurunan hormon testosteron akan berpengaruh pada ke otak sehingga suasana hati tidak nyaman, menjadi pemarah. Lalu imbasnya ke kulit sehingga kulit menjadi kering. Otot kemudian mengecil, tulang menjadi keropos. Kekebalan orang itu juga akan sangat lemah, kata dokter Nugroho.

Saharusnya banyak hal yang seharusnya dipertimbangkan oleh pemerintah dalam menerapkan hukum kebiri karena banyak menimbulkan dampak yang merugikan bagi diri seorang. Yang berdampak pada fisik dan psikis seseorang jika ia dijatuhkan hukuman kebiri. Menurut Wimpie Pangkahila Dokter Spesialis Andrologi Indonesia, meskipun gairah seksual bisa ditekankan, memori pengalaman seksual tidak bisa dihapuskan. Membuktikan juga bahwa penerapan hukuman kebiri tidak terlalu memberikan efek jera bagi pelaku karena ingatan berhubungan seksual masih ada didalam memorinya. Sebaikmya pemerintah mengkaji ulang isi Perppu Kebiri. Hukuman keberi jika diliat dengan sudut pandang yang berbeda bahwa hukuman kebiri bukan memberikan efek jera bagi pelakunya, tetapi meneggakan hukum yang ada di Indonesia.